aplikasi komputer untuk Psikologi

by Vivi Adrianty Lestari, November 04, 2011
Game Tes Otak Flash (Si Hobit dan Si Ork) 
Persoalan Si Hobit dan Si Ork 
“Anda sedang berada di tepi sungai dengan tiga ekor Ork daan tiga ekor Ork. Anda punya tujuan utama membawa mereka menyeberangi sungai. Salah satu kendala yang Anda jumpai adalah bahwa jika Ork jumlahnya melebihi Hobit di seberang sungai, makia Ork akan menyerang Hobit, sedangkan perahu yang Anda miliki hanyab dapat digunakan untuk mengangkut dua makhluk sekali jalan. Bagaimana Anda menyeberangkan mereka semua tanpa harus menciptakan suatu keadaan dimana Ork jumlahnya melebihi Hobit.” 
  Pemecahan masalah ini dapat dimulai dengan membahasnya secara per bagian atau dengan cara subgoals. Pertama kita dapat menyeberangkan dua ekor Ork. Kemudian, ketika subgoals ini berjalan, maka kita dapat melihat bahwa tidak tercipta kendala ketika kita minta Ork yang kembali sendirian setelah perjalan pertama. Kita kemudian dapat menyeberangkan seekor hobit tanpa membuat situasi dimana jumlah Ork melebihi Hobit. Dengan cara mengkonsentrasikan subgoals ini, kita akhirnya dapat menyeberangkan mereka dengan aman. 
Dalam games ini, kita diminta untuk memecahkan masalah yang diberikan. Ada beberapa macam strategi pemecahan masalah, strategi pemecahan masalah yang tepat digunakan adalah subgoals. Subgoals adalah metode pemecahan suatu masalah dengan cara menjadikannya menjadi lebih kecil, menjadi potongan-potongan atau bagian-bagian, dimana masing-masing bagian tersebut bertujuan untuk mempermudah pemecahan. Pembagian masalah menjadi potongan-potongan ini dilakukan karena dirasakan lebih mudah ketimbang ketika menjadi satu kesatuan. Subgoals membuat suatu pemecahan masalah menjadi terkendali, karena member kebebasan agar kita menjadi lebih dekat dan lebih mengendalikan tujuan. 
Sumber: Prabowo, Hendro., dkk, (1996). Psikologi Umum I. Jakarta: Universitas Gunadarma.  
Sejarah Internet Internet dimulai pada tahun 1969 ketika Departemen Pertahanan Amerika, U.S. Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA) memutuskan untuk mengadakan riset tentang bagaimana cara menghubungkan sejumlah komputer sehingga membentuk jaringan organik. Program riset ini dikenal dengan nama ARPANET. Pada 1970, sudah lebih dari 10 komputer yang berhasil dihubungkan satu sama lain sehingga mereka bisa saling berkomunikasi dan membentuk sebuah jaringan. Pada tahun 1972 Roy Tomlinson berhasil menyempurnakan program e-mail yang ia ciptakan setahun yang lalu untuk ARPANET. Program e-mail ini begitu mudah sehingga langsung menjadi populer. Tanggal 26 Maret 1976, ketika Ratu Inggris berhasil mengirimkan e-mail dari Royal Signals and Radar Establishment di Malvern. Setahun kemudian, sudah lebih dari 100 komputer yang bergabung di ARPANET membentuk sebuah jaringan atau network. Pada 1979, Tom Truscott, Jim Ellis dan Steve Bellovin, menciptakan newsgroups pertama yang diberi nama USENET. Tahun 1981 France Telecom menciptakan gebrakan dengan meluncurkan telpon televisi pertama, dimana orang bisa saling menelpon sambil berhubungan dengan video link. Karena komputer yang membentuk jaringan semakin hari semakin banyak, maka dibutuhkan sebuah protokol resmi yang diakui oleh semua jaringan. Pada tahun 1982 dibentuk Transmission Control Protocol atau TCP dan Internet Protokol atau IP yang kita kenal semua. Sementara itu di Eropa muncul jaringan komputer tandingan yang dikenal dengan Eunet, yang menyediakan jasa jaringan komputer di negara-negara Belanda, Inggris, Denmark dan Swedia. Jaringan Eunet menyediakan jasa e-mail dan newsgroup USENET. Pada tahun 1984 diperkenalkan sistem nama domain, yang kini kita kenal dengan DNS atau Domain Name System. Komputer yang tersambung dengan jaringan yang ada sudah melebihi 1000 komputer lebih. Pada 1987 jumlah komputer yang tersambung ke jaringan melonjak 10 kali lipat manjadi 10.000 lebih. Tahun 1988, Jarko Oikarinen dari Finland menemukan dan sekaligus memperkenalkan IRC atau Internet Relay Chat. Setahun kemudian, jumlah komputer yang saling berhubungan kembali melonjak 10 kali lipat dalam setahun. Tak kurang dari 100.000 komputer kini membentuk sebuah jaringan. Tahun 1990 adalah tahun yang paling bersejarah, ketika Tim Berners Lee menemukan program editor dan browser yang bisa menjelajah antara satu komputer dengan komputer yang lainnya, yang membentuk jaringan itu. Program inilah yang disebut www, atau Worl Wide Web. Tahun 1992, komputer yang saling tersambung membentuk jaringan sudah melampaui sejuta komputer, dan di tahun yang sama muncul istilah surfing the internet. Tahun 1994, situs internet telah tumbuh menjadi 3000 alamat halaman, dan untuk pertama kalinya virtual-shopping atau e-retail muncul di internet. Dunia langsung berubah. Di tahun yang sama Yahoo! didirikan, yang juga sekaligus kelahiran Netscape Navigator 1.0. Komponen yang Dibutuhkan Untuk Melakukan Konfigurasi Internet Untuk mengakses Internet, ada beberapa perangkat yang diperlukan: • Komputer, sebaiknya yang dapat menjalankan Microsoft Windows. • Modem, sebaiknya yang dapat dijalankan dengan kecepatan sedikitnya 14,4 kbps (kilobite per detik) atau lebih cepat dari itu. Bergantung dengan jenis jalur komunikasi yang digunakan. • Perangkat lunak koneksi. • Penyedia akses Internet. • Jalur komunikasi. • Perangkat jaringan tambahan (untuk Corporate Connection). • Memori (RAM) yang memadai dan hard disk dengan kapasitas yang cukup. Sumber: http://www.sejarah-internet.com/sejarah-internet/ http://idkf.bogor.net/linux-heboh/September%202001/internet-2-koneksi-ke-internet.pdf

Jenis stress

by Vivi Adrianty Lestari, April 19, 2011
Jenis stress Quick dan Quick (1984) mengkategorikan stress menjadi dua, yaitu: 1.Eustress Hasil dari respon terhadap stress yang bersifat sehat, positif, dan konstruktif (bersifat membangun). Hal tersebut termauk kesejahteraan individu dan juga organisasi yang diasosiasikan dengan pertumbuhan, fleksibilitas, kemampuan adaptasi, dan tingkat performance yang tinggi. 2.Distress Hasil dari respon terhadap stress yang bersifat tidak sehat, negatif, dan destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut termasuk konsekuensi individu dan juga organisasi seperti penyakit kardiovaskular dan tingkat ketidakhadiran (absenteeism) yang tinggi, yang diasosiasikan dengan keadaan sakit, penurunan, dan kematian. Holahan (1981) menyebutkan jenis stress menjadi dua bagian, yaitu: 1.Systemic stress Respon non spesifik dari tubuh terhadap beberapa tuntutan lingkungan. Kondisi-kondisi lingkungan yang menyebabkan stress antara lain racun kimia atau temperature ekstrim, sebagai stressor (Selye dalam Holahan, 1981) 2.Psychological stress Terjadi ketika individu menjumpai kondisi lingkungan yang penuh stress sebagai ancaman yang secara kuat menantang atau melampaui kemampuan coping-nya (Lazarus dalam Holahan, 1981). Sebuah situasi dapat terlihat sebagai ancaman dan berbahaya secara potensial apabila melibatkan hal yang memalukan, kehilangan harga diri, kehilangan pendapatan dan sebagainya (dalam Heimstra & McFarling, 1978) Stress lingkungan Lazarus & Folkman (dalam Baron & Byrne, 1991) mengidentifikasikan stress lingkungan sebagai ancaman-ancaman yang dating dari dunia sekitar. Setiap individu selalu mencoba untuk coping dan beradaptasi dengan ketakutan, kecemasan, dan kemarahan yang dimilikinya. Fontana (1989) menyebutkan bahwa stress lingkungan berasal dari sumber yang berbeda-beda seperti tetangga yang rebut, jalan menuju bangunan tempat kerja yang mengancam nilai atau kenikmatan salah satu milik/kekayaan, dan kecemasan financial atas ketidakmampuan membayar pengeluaran-pengeluaran rumah tangga. Singer dan Baum (dalam Evans, 1982) mrengartikan stress lingkungan dalam tiga factor, yaitu: a.Stressor b.Penerimaan individu terhadap stressor yang dianggap sebagai ancaman c.Dampak stressor pada organisme Fontana (1989) menyebutkan sumber utama stress di dalam dan di sekitar rumah adalah: a.Stress karena teman kerja (partner) b.Stress karena anak-anak c.Stress karena pengaturan tempat tinggal setempat d.Tekanan-tekanan lingkungan sumber: kasturi82.blogspot.com/2009/04/jenis-jenis-stres.html elearning.gunadarma.ac.id/...lingkungan/bab7-stres_lingkungan.pdf

Stress,,,,

by Vivi Adrianty Lestari, April 12, 2011
Pengertian stress: Stress adalah segala situasi dimana tuntutan non spesifik mengharuskan seorang individu untuk berespon atau melakukan tindakan (Selye, 1976). Stress merupakan hubungan khusus antara seseorang dengan lingkungannya yang dihargai oleh orang lain tersebut sebagai pajak terhadap sumber dayanya dan membahayakan kemapanannya (Lazarus dan Folkman, 1994). Stress dianggap sebagai faktor predisposisi atau pencetus yang meningkatkan kepekaan individu terhadap penyakiy (Rahe, 1975) Model stres 1.Psikomotik stress Dalam mengahadapi konflik, seringkali terjadi gangguan pada fungsi badaniah. Gejala-gejala yang sebagian besar mengganggu fungsi faal yang berlebihan sebagai akibat manifestasi. Psikosomatik dapat membantu banyak dalam usaha mengerti hubungan antara kepribadian seseorang dengan penyakit atau gangguannya. Sebab-sebab psikosomatik: a.Penyakit organic yang pernah diderita dapat menimbulkan predisposisi untuk timbulnya gangguan psikomotorik pada bagian tubuh yang pernah sakit. b.Merasakan penyakit orang lain yang secara tidak sadar diidentifikasikan. c.Tradisi dan adapt istiadat dalam keluarga atau lingkungan dapat mengarahkan emosi kepada fungsi tertentu. d.Suatu emosi yang menjelma menjadi suatu gangguan badaniah tertentu. e.Konflik dan gangguan jiwa yang menjelma menjadi suatu gangguan badaniah biasanya hanya pada suatu alat tumbuh saja. Jenis gangguan dibagi menurut organ yang paling terkena, sebagai berikut: a.Kulit Pada dasarnya gangguan stress atau emosi dapat menimbulkan gangguan pada kulit. Hal ini telah lama diketahui. Beberapa penyelidikan juga telah dilakukan utnuk mengetahui sejauh mana reaksi kulit terhadap kesukaran penyesuaian diri terhadap stress. b.Otot dan tulang Dalam kehidupan sehari-hari seringkali ditemukan seseorang yang mengalami nyeri otot selain disebabkan faktor hawa dan pekerjaan juga disebabkan oleh faktor emosi. Karena tekanan psikologik maka tonus otot akan meninggi dan penderita mengeluh nyeri kepala dan nyeri punggung. Ketegangan otot ini dapat menyebabkan ketegangan sekitar sendi dan menimbulkan nyeri sendi. c.Saluran pernapasan Gangguan psikosomatik yang timbul dari saluran pernapasan seperti asma bronkiale dengan bermacam-macam keluhannya, kecemasan dapat menimbulkan serangan asma. d.Jantung dan pembuluh darah. Pada saat mengalami stress biasanya seseorang merasakan bahwa jantungnya berdebat-debar . Stress yang menimbulkan kecemasan mempercepat denyut jantung, meninggikan daya pompa jantung dan tekanan darah. Gangguan yang mungkin saja timbul seperti hipertensiosensial, sakit kepala vaskuler dan migrain. 2.Adaptasi model Setiap orang secara terus menerus akan menghadapi perubahan fisik, psikis, dan sosial baik dari dalam maupun dari lingkungan luar. Jika hal tersebut tidak dapat dihadapi dengan seimbang maka tingkat stress akan meningkat. Model adaptasi menunjukkan bahwa empat faktor menentukan apakah suatu situasi adalah menegangkan (Mechanic, 1962). Empat faktor yang mempengaruhi Kemampuan untuk menghadapi stress itu adalah: a.Biasanya tergantung pada pengalaman seseorang dengan stressor serupa, sistem dukungan, dan persepsi keseluruhan trehadap stressor. b.Berkenaan dengan praktik dan norma kelompok sebaya individu. c.Dampak dari lingkungan sosial dalam membantu seorang individu untuk beradaptasi terhadap stressor. Sumber yang dapat digunakan untuk mengatasi stressor: a.Adaptasi fisiologis/biologis Pada dasarnya disetiap tubuh manusia telah terdapat mekanisme pertahanan yang bersifat alami dan bekerja secara teratur sehingga memungkinkan tubuh untuk dapat beradaptasi terhadap perubahan-perubahan yang berasal dari faktor internal. Mekanisme ini bekerja dengan sendirinya dan akan berubah menjadi suatu aksi tanpa didasari dan biasanya berfungsi dalam kondisi yang tidak normal. b.Adaptasi psikologis Seseorang yang menghadapi stress akan mengalami kondisi-kondisi yang tidak mengenakkan secara psikis seperti timbulnya rasa cemas, frustasi, terancam, tak tentram yang semuanya itu berdampak pada munculnya suatu kontak konflik dalam jiwa mereka. dan konflik tersebut diekspresikan dalam bentuk kemarahan atau ekspresi-ekspresi lain yang dapat membuat orang tersebut merasa sedikit nyaman atau terlepas dari stress yang dihadapinya. c.Adaptasi sosial budaya Setiap lingkungan sosial masyarakat mempunyai tatanan budaya masing-,masing. Antara lingkungan satu dan yang lainnya tentu memiliki budaya berbeda-beda. Perbedaan tersebut yang akhirnya menuntut setiap orang beradaptasi jika hal itu dapat dilakukan dengan baik maka akan tercipta keseimbangan. Namun jika hal tersebut tidak dapat dilakukan bukanlah suatu hal yang tidak mungkin jika orang tersebut akan mengalami stress. d.Adaptasi spiritual Setiap agama dan kepercayaan mengandung ajaran yang hendaknya harus dijalankan oleh penganutnya. Ajaran-ajaran ini tentunya juga harus turut andil dalammengatur perilaku manusia ini. Oleh karena itu dalam rangka memenuhi ajaran-ajaran tersebut pasti terjadi perubahan dalam perilaku manusia. 3.Lingkungan sosial model Keadaan lingkungan dan masyarakat sangat mempengaruhi seseorang dalam beradaptasi. Keadaan lingkungan yang stabil dan seimbang akan memudahkan seseorang dalam beradaptasi. Sedangkan keadaan masyarakat dengan hubungan sosial yang baik juga akan memudahkan individu dalam melakukan adaptasi agar terhindar dari stress. 4.Proses model Pada dasarnya proses model adalah berlangsungnya kejadian dan masalah yang terjadi pada seseorang sehingga mempengaruhi orang tersebut yang pada akhirnya mengalami stress dan proses menghadapi stress itu sendiri. Sumber: http://akperunipdu.blogspot.com/

PRIVASI

by Vivi Adrianty Lestari, April 05, 2011

A.      Pengertian Privasi
Altman (1975) menjabarkan beberapa fungsi privasi, antara lain:
1.      Privasi adalah pengatur dan diinginkan, kapan waktunya menyendiri dan kapan waktunya bersama-sama dengan orang lain,
Privasi dibagi 2, yaitu
a)      Privasi rendah, yang terjadi bila hubungan dengan orang lain yang dikehendaki,
b)      Privasi tinggi, yang terjadi bila hubungan dengan orang lain dikurangi.
2.      Merencanakan dan membuat strategi untuk berhubungan dengan orang lain, yang meliputi keintiman atau jarak dalam berhubungan dengan orang lain,
3.      Memperjelas identitas diri.
Untuk mencapai macamnya privasi, maka ia akan mengontrol dan mengatur melalui suatu mekanisme perilaku, yang digambarkan oleh Altman sebagai berikut:
1.      Peilaku verbal
Perilaku ini dilakukan dengan cara mengatakan kepada orang lain secara verbal, sejauh mana orang lain boleh berhubungan dengannya. Misalnya “Maaf, saya tidak punya waktu”.
2.      Perilaku non verbal
Perilaku ini dilakukan dengan menunjukkan ekspresi wajah atau gerakan tubuh tertentu sebagai tanda senang atau tidak senang. Misalnya seseorang akan menjauh dan membentuk jarak dengan orang lain, membuang muka ataupaun terus menerus melihat waktu yang menandakan bahwa dia tidak ingin berinteraksi dengan orang lain, begitu juga sebaliknya.
3.      Mekanisme kultural
Budaya mempunyai bermacam-macam adat istiadat, aturan atau norma, yang menggambarkan keterbukaan atau ketertutupan kepada orang lain dan hal ini sudah diketahui oleh banyak orang pada budaya tertentu (Altman, 1975; Altman & Chemers dalam Dibyo Hartono, 1986)
4.      Ruang personal
Adalah salah satu mekanisme perilaku untuk mencapai privasi tertentu.penelitian menunjukkan bahwa individu yang mempunyai kecenderungan berafiliasi tinggi, ekstrovert atau yang mempunyai sifat hangat dalam berhubungan interpersonal mempunyai ruang personal yang lebih kecil daripada individu yang introvert (Gillford, 1987).
5.      Teritorialitas
Kalau mekanisme ruang personal tidak memperlihatkan dengan jelas kawasan yang menjadi pembatas antara dirinya dengan orang lain maka pada teritorialitas batas-batas tersebut nyata dengan tempat yang relatif tetap.
B.       Faktor-faktor yang Mempengaruhi Privasi
Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi privasi, antara lain:
1.      Faktor Personal
Walden dan kawan-kawannya (dalam Gifford, 1987) menemukan adanya perbedaan jenis kelamin dalam privasi. Dalam sebuah penelitian pada para penghuni asrama ditemukan bahwa antara pria dan wanita terdapat perbedaan dalam merespon perbedaan keadaan antara ruangan yang berisi dua orang dengan ruangan yang berisi tiga orang. Dalam hubungnnya dengan privasi, subjek pria lebih memilih ruangan yang berisi dua orang, sedangkan subjek wanita tidak mempermasalahkan keadaan dalam dua ruangan tersebut. Hal itu menunjukkan bahwa wanita merespon lebih baik daripada pria bila dihadapkan pada situasi dengan kepadatan yang lebih tinggi.
2.      Faktor situasional
Penelitian Marshall (dalam Gifford, 1987) tentang privasi dalam rumah tinggal, menemukan bahwa tinggi rendahnya privasi di dalam rumah antara lain disebabkan oleh seting rumah. Seting ruamh disini sangat berhubungan seberapa sering para penghuni berhubungan dengan orang, jarak antara rumah dan banyaknya tetangga sekitar rumah. Seseorang yang mempunyai rumah yang jauh dari tetangga dan tidak dapat melihat banyak rumah lain di sekitarnya dari jendela dikatan memiliki kepuasan akan privasi yang lebih besar.
3.      Faktor budaya
Penemuan dari beberapa peneliti tentang privasi dalam berbagai budaya (seperti Patterson dan Chiswick pada suku Iban di Kalimantan, Yoors pada orang Gypsy dan Geertz pada orang Jawa dan Bali) memandang bahwa pada tiap-tipa budaya tidak ditemukan adanya perbedaan dalam banyaknya pprivasi yang diiginkan, tetapi sangat berbeda dalam cara bagaimana mereka mendapatkan privasi (Gifford, 1987).
C.       Pengaruh Privasi terhadap Perilaku
Altman (1975) menjelaskan bahwa fungsi psikologis dari perilaku yang penting adalah untuk mengatur interaksi antara seseorang atau kelompok dengan lingkungan sosial. Bila seseorang dapat mendapatkan privasi seperti yang diinginkannya maka ia akan dapat mengatur kapan harus berhubungan dengan orang lain dan kapan harus sendiri.
Privasi juga berfungsi mengembangkan identitas pribadi, yaitu mengenal dan menilai diri sendiri (Altman, 1975; Sarwono, 1992; Holahan, 1982). Proses mengenal dan menilai diri ini tergantung pada kemampuan untuk mengatur sifat dan gaya interaksi sosial dengan orang lain. Bila kita tidak dapat mengontrol interaksi dengan orang lain, kita akan memberika informasi yang negatif tentang kompetisi pribadi kita (Holahan, 1982) atau akan terjadi proses ketelanjangan sosial dan proses deindividuasi (Sarwono, 1992)
D.      Privasi dalam Konteks Budaya
Altman (1975) “ruang keluarga” di dalam rumah pada rumah-rumah di daerah pinggiran Amerika Serikat umumnya dijadikan tempat untuk berinteraksi sosial dalam keluarga. Rumah-rumah di sana, menggunakan ruang-ruang tertentu seperti ruang baca, ruang tidur, dan kamar mandi sebagai tempat untuk menyendiri dan tempat untuk berpikir. Dengan cara itu seseorang yang tidak memiliki cukup ruang di dalam rumah dapat memperoleh privasi secara maksimal. Untuk mencapai privasi yang berbeda kita harus pergi ke suatu tempat lain. Kita tidak pernah berpikir untuk memiliki ruang yang sama untuk beberapa fungsi serta dapat diubah sesuai dengan kebutuhan kita. Untuk berubahnya kebutuhan, kita tidak perlu mengubah tempat. Prinsip ini telah digunakan oleh orang Jepang, dimana di dalam rumah dinding dapat dipindah-pindahkan keluar dan ke dalam ruangan. Satu area yang sama mungkin dapat difungsikan untuk makan, tidur, dan interaksi sosial dalam waktu yang berbeda. Logikanya adalah bahwa penggunaan lingkungan yang mudah diubah-ubah tersebut adalah cara agar lingkungan tersebut fleksibel terhadap perubahan kebutuhan privasi.

Sumber : elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/peng_psikologi_lingkungan/bab6-privasi.pdf

ruang personal

by Vivi Adrianty Lestari, March 22, 2011
Ruang Personal Ruang personal adalah daerah di sekeliling seseorang dengan batas-batas yang tidak jelas dimana seseorang tidak boleh memasukinya (Sommer, dalam Altman, 1975) Goffman (dalam Altman, 1975) menggambarkan ruang personal sebagai jarak/daerah di sekitar individu dimana jika dimasuki orang lain, menyebabkan ia merasa batasnya dilanggar, merasa tidak senang dan kadang-kadang menarik diri.

Beberapa definisi ruang personal secara implicit berdasarkan hasil-hasil penelitian, antara lain:
1. Ruang personal adalah batas-batas yang tidak jelas antara seseorang dengan orang lain.
2. Ruang personal berdekatan denagn diri sendiri.
3. Pengaturan ruang personal merupakan proses dinamis yang memungkinkan diri kita keluar darinya sebagai suatu perubahan situasi.
4. Ketika seseorang melanggar ruang personal orang lain, maka dapat berakibat kecemasan, stress dan bahkan perkelahian.
5. Ruang personal berhubungan secara langsung denagn jarak-jarak antar manusia, walaupun ada tiga orientasi dari orang lain: berhadapan, saling membelakangi dan searah. Ada kecenderungan dari para peneliti untuk menyamakan ruang personal dengan suatu gelembung yang mengepung kita dan memiliki kegunaan.

Dengan definisi ruang personal sebagai “batas yang tak terlihat yang mengelilingi kita, dimana orang lain tidak dapat melanggarnya”, maka ide ini dapat dikonotasikan secara jelas secara visual, daripada pemahaman yang hanya ditulis secara teoritis. Ruang Personal dan Perbedaan Budaya Hall (dalam Altman, 1976) mengamati bahwa norma dan adat istiadat dari kelompok budaya dan etnik yang berbeda akan tercermin dari penggunaan ruang (space)-nya, seperti susunan perabot, konfigurasi tempat tinggal dan orientasi yang dijaga oleh individu satu dengan individu lainnya.

Hall menggambarkan bagaimana anggota dari bermacam-macam kelompok budaya tersebut memiliki kebiasaan spasial yang berbeda. Orang Jerman lebih sensitif dengan gangguan dibandingkan dengan orang Amerika. Akan tetapi mereka mengatur jarak psikologis dengan orang lain menggunakan sarana verbal dan non-verbal (seperti karakter suara dan kontak mata) dibandingkan dengan sarana fisik dan lingkungan. Dalam eksperimen Waston dan Graves (dalam Gifford, 1987), yang mengadakan studi perbedaan budaya secara terinci, mereka menggunakan sampel kelompok siswa yang terdiri dari empat orang yang diminta ke laboratorium. Siswa-siswa ini diberitahu bahwa mereka akan diamati, tetapi tanpa diberi petunjuk atau perintah. Kelompok pertama terdiri dari orang-orang Arab dan kelompok lainnya terdiri dari orang Amerika. Rerata jarak interpersonal yang dipakai orang Arab kira-kira sepanjang dari perpanjangan tangannya. Sedangkan jarak interpersonal orang Amerika terlihat lebih jauh. Orang-orang Arab menyentuh satu sama lain lebih sering dan orientasinya lebih langsung. Umumnya orang Arab lebih dekat daripada orang Amerika.

Watson (dalam Gifford, 1987) menegaskan bahwa budaya dapat dibagi menjadi dua, yaitu budaya kontak dan budaya non-kontak. Suatu studi menemukan bahwa pada siswa-siswa dari budaya kontak (Amerika Latin, Spanyol dan Maroko) duduk berjauhan satu sama lain daripada siswa-siswa dari kebudayaan non-kontak (yaitu Amerika). Penelitian ini dibantah oleh Shutter, yang menjelaskan adanya bahaya dalam generalisasi yang mengatakan bahwa semua orang Amerika Latin menggunakan sejumlah ruang tertentu


sumber: e-learning gunadarma

Kesesakan

by Vivi Adrianty Lestari, March 15, 2011
Kesesakan Definisi menurut beberapa ahli: - Kesesakan adalah suatu proses interpersonal pada suatu tingkatan interaksi manusia satu dengan lainnya dalam suatu pasangan atau kelompok kecil (menurut Altman, 1975) - Stokols (dalam Altman, 1975) membagi kesesakan menjadi dua, yaitu kesesakan bukan sosial (dimana faktor-faktor fisik menghasilkan perasaan terhadap ruang yang tidak sebanding, seperti sebuah ruang yang sempit) dan kesesakan sosial (perasaan sesak mula-mula datang dari kehadiran orang lain yang terlalu banyak. Stokols juga menjelaskan perbedaan antara kesesakan molekuler (perasaan sesak yang menganalisa mengenai individu, kelompok kecil dan kejadian-kejadian interpersonal) dan kesesakan molar (perasaan sesak yang dapat dihubungkan dengan skala luas, populasi penduduk kota) - Kesesakan berarti defisit suatu ruangan, hal ini berarti bahwa dengan adanya sejumlah orang dalam suatu hunian rumah, maka ukuran per meter persegi setiap orangnya menjadi keci, sehingga dirasakan adanya kekurangan ruang. Dalam suatu unit hunian, kepadatan harus diperhitungkan dengan mebel dan peralatan yang diperlukan untuk suatu aktivitas, maka setiap ruang memerlukan suatu ukuran standarruang yang berbeda, karena fungsi dari ruang berbeda. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesesakan: 1. Faktor personal, terdiri dari: a. Kontrol kepribadian dan locus of control b. Budaya dan pengalaman 2. Faktor sosial, terdiri dari: a. Kehadiran dan perilaku orang lain b. Formasi koalisi c. Kualitas hubungan d. Informasi yang tersedia 3. Faktor fisik, seperti: a. Jenis rumah (unit hunian tinggal, kompleks perubahan dan rumah susun) b. Urutan lantai c. Ukuran rumah 4. Faktor situasional, terdiri dari: a. Besarnya skala lingkungan b. Variasi arsitektural Pengaruh kesesakan terhadap perilaku: 1. Aktivitas seseorang akan teerganggu oleh aktivitas orang lain 2. Interaksi interpersonal yang tidak diinginkan akan mengganggu individu dalam mencapai tujuan personalnya. 3. Gangguan terhadap norma tempat dapat meningkatkan gejolak dan ketidaknyamanan (Epstein, 1982) serta disorganisasi keluarga, agresi, penarikan diri secara psikologi. 4. Menurunnya kualitas hidup (Freedman, 1973) 5. Penurunan-penurunan psikologis, fisiologis dan hubungan sosial individu. Pengaruh psikologis yang ditimbulkan oleh kesesakan antara lain adalah perasaan kurang nyaman, stress, kecemasan, suasana hati yang kurang baik, prestasi kerja dan prestasi belajar menurun, agresivitas meningkat dan gangguan mental yang serius. 6. Malfungsi fisiologis, seperti meningkatnya tekanan darah dan detak jantung, gejala-gejala psikosomatik, dan penyakit-penyakit fisik serius (Worchel dan Cooper, 1983) 7. Kenakalan remaja, menurunnya sikap gotong royong dan saling ,membantu, penarikan diri dari lingkungan social, berkembangnya sikap acuh tak acuh dan semakin berkurangnya intensitas hubungan social (Holahan, 1982) 8. Menurunnya kemampuan menyelesaikan tugas yang kompleks, menurunkan perilaku social, ketidaknyamanan dan berpengaruh negative terhadap kesehatan dan menaikkan gejolak fisik seperti naiknya tekanan darah (Evans, 1979) Sumber: http://rafinda-ega.blogspot.com

Kepadatan

by Vivi Adrianty Lestari, March 08, 2011
Pengertian
Menurut Stolkols (1972) kepadatan adalah kendala keruangan (spatial constrant). Kepadatan merupakan syarat yang diperlukan untuk timbulnya kesesakan, namun bukan merupakan syarat yang mutlak.

Kategori Kepadatan
Kepadatan bersifat subjekti, menurut Loo 91973) dan Saegert (1974), jenis kepadatan atau rasio jumlah orang per unit area dapat dibedakan menjadi dua cara, yaitu kepadatan sosial dan kepadatan spasial. Di ruang pertemuan yang padat dengan pengunjung misalnya, kepadatan itu bisa disebabkan oleh persepsi bahwa ruangannya terlalu sempit untuk jumlah undangan (kepadatan ruang), tetapi bisa uuga karena persepsi bahwa undangannya terlalu banyak untuk ruangan ini (kepadatan spasial).

Holahan mengklasifikasikan kepadatan sebagai berikut:
- kepadatan pedesaan, yaitu kepadatan di dalam rumah tinggi, tetapi kepadatan di luar rendah.
- kepadatan di pinggiran kota, yaitu kepadatan di dalam atau pun di luar rumah rendah.
- kepadatan pemukiman mewah, di kota besar, yaitu kepadatan di dalam rendah, di luar rumah tinggi.

Dampak Kepadatan Tinggi pada Manusia
Pengaruh personal, sosial dan fisik dapat menyebabkan seseorang merasa sesak. Kepadatan tinggi tidak hanya menyebabkan seseorang merasa sesak, tetapi menyebabkan dampak lain, yaitu:
- dampak penyakit dan patologi sosial atau penyakit kejiwaan. Meskipun tidak selalu kepadatan tinggi berarti meningkatnya patologi sosial.
- dampak pada tingkah laku sosial. Seperti halnya agresi, yaitu menarik diri dari lungkungan sosial dan cenderung melihat sisi negatif orang lain.
-dampak pada hasil usaha dan suasana hati. Hasil usaha yang menurun dan suasana hati yang cenderung murung.
- konsekuensi yang lain dari kepadatan tinggi adalah persepsi kontrol seseorang menjadi rendah karena kita harus berbagi sumber dan mengambil keputusan bersama dengan lebih banyak orang jika kepadatan meningkat.

Sumber: http ://riachitect.blogspot.com
 

psikologi lingkungan (3-4)

by Vivi Adrianty Lestari, February 22, 2011

  1. Pendekatan Teori Psikologi Lingkungan
Terdapat beberapa teori yang biasa digunakan dalam psikologi lingkungan, diantaranya:
1.       Teori Arousal
Arousal berarti pembangkit. Beberapa teori berpendapat bahwa semua emosi adalah tingkat dimana seseorang atau binatang dihasut. Namun, tidak semua orang setuju terhadap teori ini. Mandler (dalam Hardy dan Hayes, 1985) menjelaskan bahwa emosi terjadi pada saat sesuatu yang tidak diharapkan terjadi atau pada saat kita mendapat rintangan dalam mencapai suatu tujuan tertentu.
Arousal dipengaruhi oleh tingkat umum rangsangan yang mengelilingi kita. Kita bisa menjadi bosan atau tertidur, jika yang kita hadapi adalah hal-hal yang “tidak ada apa-apanya”. Menurut Mandler, manusia memiliki motivasi untuk mencapai sesuatu yang disebut sebagai “dorongan-keinginan otonomik”. Fungsinya adalah untuk menarik munculnya arousal sehingga kita dapat berubah-ubah dari aktivitas satu ke aktivitas lainnya.
Dalam psikologi lingkungan, hubungan antara arousal dengan kinerja seseorang dapat dijelaskan sebagai :
·         Tingkat arousal yang rendah akan menghasilkan kinerja yang rendah.
·         Makin tinggi tingkat arousal, akan menghasilkan kinerja yang tinggi pula (Sarwono, 1992)
2.       Teori beban stimulus
Titik sentral dari teori ini adalah adanya dugaan bahwa manusia memiliki kapasitas yang terbatas dalam memproses informasi. Ketika input melebihi kapasitas, maka seseorang akan cenderung mengabaikan beberapa masukan dan mencurahkan perhatian lebih banyak kepada hal lain.
3.       Teori Kendala Perilaku
Teori ini memfokuskan kepada kenyataan atau perasaan, kesan yang terbatas dari individu oleh lingkungan. Berdasar teori ini, lingkungan dapat mencegah, mencampuri atau membatasi perilaku penghuni, misalnya pada suatu hari kemacetan lalu lintas akan mengganggu para penglaju, suara yang keras akan membuat bising ayng mengganggu komunikasi.
4.       Teori Tingkat Adaptasi
Teori adaptasi mirip dengan teori stimulus berlebih, dimana pada tingkat tertentu suatu stimulus dapat dirumuskan untuk mengoptimalkan perilaku. Stimulus yang berlebihan atau hal yang terlalu kecil dianggap dapat mempengaruhi hilangnya emosi dan tingkah laku. Ada dua proses yang terkait dengan psikologi lingkungan, yaitu adsaptasi (mengubah tingkah laku atau respon-respon agar sesuai dengan lingkungan) dan adjustment (mengubah lingkungan agar menjadi sesuai dengan lingkungan, misalnya keadaan dingin, kita bisa membakar kayu bakar agar menjadi panas)
Menurut Sarwono ada tiga kategori stimulus yang bisa dijadikan acuan dalam hubungan lingkungan dengan tingkah laku, yaitu:
·         Stimulus fisik yang merangsang indra (suara, cahaya dan suhu udara)
·         Stimulus sosial
·         Gerakan
5.       Teori Stres Lingkungan
Tepori ini menekankan pada mediasi peran-peran fisiologi, emodi dan kognisi dalam interksi manusia dengan lingkungan. Pada dasnya, hal ini dapat dilihat berkaitan dengan penginderaan manusia dimana suatu respon stres yang terjadi terhadap segi-segi lingkungan melebihi tingkat yang optimal. Individu lalu meresponnya dengan berbagai cara untuk mengurangi stres.
6.       Teori Ekologi
Pusat pemikiran para ahli ekologi adalah gagasan tentang kecocokan manusia dan lingkungannya. Lingkungan dirancang atau berkembang sehingga memungkinkan terjadinya perilaku tertentu. Menurut Roger Barker (dalam Sarwono, 1992) tingkah laku tidak hanya ditentukan oleh lingkungan atau sebaliknya, melainkan kedua hal tersebut saling menentukan dan tidak dapat dipisah-pisahkan. Hubungan tingkah laku dengan lingkungan adalah seperti jalan dua arah (two way street) atau interdepensi ekologi. Pada teori ini ada setting perilaku yang dipandang sebagai faktor tersendiri.
  1. Metodologi Penelitian Psikologi Lingkungan
Menurut Veitch dan Arkkelin (1995) terdapat tiga metode penelitian yang biasa digunakan dalam psikologi lingkungan, yaitu:
1.       Eksperimen Laboratorium
Metode ini memberikan kebebasan kepada eksperimenter untuk memanipulasi secara sistematis variabel yang diasumsikan menjadi penyebab dengan cara mengontrol kondisi-kondisi secara cermat yang bertujuan untuk mengurangi variabel-variabel yang yang menganggu. Metode ini juga mengukur pengaruh manipulasi-manipulasi tersebut.
2.       Studi Korelasi
Metode ini dirancang untuk menyediakan informasi tentang hubungan-hubungan diantara hal-hal atau peristiwa yang terjadi di alam nyata yang tidak dibebani oleh pangaruh pengumpulan data.
3.       Eksperimen Lapangan
Dengan metode ini seorang eksperimenter secara sistematis memanipulasi beberapa faktor penyebab yang diajukan dalam penelitian dengan mempertimbangkan variabel eksternal dalam suatu setting tertentu

Sumber:
www.google.com

Psikologi Lingkungan (1-2)

by Vivi Adrianty Lestari, February 15, 2011

Psikologi Lingkungan

A. Latar Belakang & Sejarah
Teori Medan (Field Theory) pertama kali dikenalkan oleh Kurt Lewin. Menurut beliau, selama manusia berinteraksi dengan lingkungan, ada kekuatan-kekuatan yang terjadi. Komponen-komponen tersebut menggerakkan kekuatan-kekuatan dalam bentuk daya tarik/tolak serta daya mendekat/menjauh. Interaksi ini terjadi pada lapangan psikologi individu sehingga nantinya mencerminkan tingkah laku individu tersebut. Lewin juga menyatakan bahwa tingkah laku adalah fungsi dari kepribadian dan lingkungan, dapat dijabarkan sebagai berikut:
TL = f (P. l)
dimana :
TL       : Tingkah laku
f           : Fungsi
P          : Pribadi
l           : Lingkungan
Bisa dikatakan bahwa, tingkah laku merupakan fungsi pribadi dengan lingkungan.
Lewin mengajukan adanya kekuatan-kekuatan yang terjadi selama interaksi antara manusia dan lingkungan. Masing-masing komponen tersebut bergerak suatu kekuatan-kekuatan yang terjadi pada medan interaksi, yaitu daya tarik dan daya mendekat dan daya tolak dan daya menjauh.
Sebelum menggunakan istilah psikologi lingkungan, awalnya Lewin memakai istilah ekologi psikologi.
B. Definisi
Psikologi lingkungan adalah ilmu kejiwaan yang mempelajari perilaku manusia berdasarkan pengaruh lingkungan tempat tinggalnya, baik lingkungan sosial, lingkungan binaan ataupun lingkungan alam. Dalam psikologi lingkungan juga dipelajari mengenai kebudayaan dan kearifan lokal suatu tempat dalam memandang alam semesta yang memengaruhi sikap dan mental manusia.
Beberapa definisi Psikologi lingkungan menurut ahli :
ü  Studi transaksi antara manusia dengan lingkungan fisik, dimana dalam transaksi tersebut, manusia mengubah lingkungannya dan lingkungan memiliki andil dalam mengubah perilaku & pengalaman manusia (Gifford)
ü  Disiplin yang mempelajari hubungan perilaku manusia dengan lingkungan fisik (Heimstra & McFarling)
ü  Hubungan individu dengan lingkungannya adalah saling tergantung satu sama lain (Emery & Tryst)
ü  Ilmu perilaku multidisiplin yang berorientasi dasar & terapan, yang berfokus pada interrelasi perilaku & pengalaman manusia sebagai individu dengan lingkungan fisik dan sosialnya (Veitch & Arkkelin)
Dapat disimpulkan bahwa psikologi lingkungan merupakan ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan lingkungan fisik dan sosial di sekitar manusia tersebut.
C. Lingkup
Menurut Proshansky, psikologi lingkungan memberi perhatian terhadap manusia, tempat, serta perilaku dan pengalaman manusia yang berhubungan dengan setting fisik. Setting fisik disini bukan hanya berupa rangsangan fisik, tetapi juga termasuk sebuah kompleksitas yang terdiri dari beberapa setting fisik dimana seseorang tinggal dan melakukan aktivitasnya. Sehubungan dengan itu, bisa dikatakan pusat perhatian psikologi lingkungan adalah lingkungan binaan atau built environment.
Lebih jauh, pembahasan mengenai lingkup psikologi lingkungan juga mencakup desain, organisasi dan pemaknaan, serta hal-hal spesifik, seperti ruang kamar, perumahan, pemilihan warna, dll.

D. Ambient Condition & Architectural Features
Menurut Wrightman & Deaux ada 2 kualitas lingkungan:

1. Ambient Condition :
Kualitas fisik keadaan sekitar individu, misalnya : sound, cahaya, warna, temperatur, dsb
2. Architectural Features :
Mencakup setting-setting yang bersifat permanen


Pendekatan Teori dan Metode
  1. Pendekatan Teori Psikologi Lingkungan

1.      Teori Beban Lingkungan (Environtment-Load Theory)
Premis dasar teori ini adalah manusia mempunyai kapasitas terbatas dalam pemrosesan informasi. Menurut Cohen (Fisher, 1985; dalam Veitch & Arkkelin, 1995), ada 4 asumsi dasar teori, yaitu:
a.       Manusia mempunyai kapasitas terbatas dalam pemrosesan informasi.
b.      Ketika stimulus lingkungan melebihi kapasitas pemrosesan informasi, proses perhatian tidak akan dilakukan secara optimal.
c.       Ketika stimulus sedang berlangsung, dibutuhkan respon adaptif. Signifikansi akan dievaluasi melalui proses pemantauan dan keputusan dibuat atas dasar respon pengatasan masalah. Jika stimulus yang merupakan stimulus yang dapat diprediksikan dan dapat dikontrol, stimulus tersebut semakin mempunyai makna untuk diproses lebih lanjut. Tetapi jika stimulus yang masuk merupakan stimulus yang tidak dapat diprediksikan atau tidak dapat dikontrol, perhatian kecil atau mungkin pengabaian perhatin akan dilakukan. Akibatnya, pemrosesan informasi tidak berlangsung.
d.      Jumlah perhatian yang diberikan seseorang tidak konstan sepanjang waktu, tetapi sesuai kebutuhan.

2.      Teori Hambatan Perilaku (Behaviour Constraints Theory)
Premis dasar teori ini adalah simulasi berlebih atau tidak diinginkan, mendorong terjadinya arousal atau hambatan dalam kapasitas pemrosesan informasi. Akibatnya, orang merasa kehilangan control terhadap situasi yang sedang berlangsung (Fisher dkk, 1984). Perasaan kehilangan control merupakan langkah awal dari teori kendala perilaku. Istilah ‘hambatan’ berarti terdapat ‘sesuatu dari lingkungan yang membatasi (menginterferensi dengan sesuatu), apa yang menjadi harapan. Hambatan dapat muncul, baik secara aktual dari lingkungan atau pun interpretasi kognitif. Dalam situasi yang diliputi perasaan bahwa ada sesuatu yang menghambat perilaku.

3.      Teori Level Adaptasi
Menurut teori, stimulasi level yang rendah maupun level tinggi mempunyai akibat negatif bagi perilaku. Level stimulasi yang optimal.
Wohwill menyatakan bahwa ada 3 dimens hubungan perilaku lingkungan yaitu:
a.       Intensitas, terlalu banyak orang atau terlalu sedikit orang di sekeliling kita, akan membuat gangguan psikologis. Terlalu banyak orang menyebabkan orang merasa terasing (socialisolation).
b.      Keanekaragaman, keanekaragaman benda atau manusia berakibat terhadap pemrosesan informasi. Terlalu beraneka membuat perasaan overload dan kekurangananekaragaman membuat perasaan monoton.
c.       Keterpolaan, berkaitan dengan kemampuan memprediksi. Jika suatu setting dengan pola yang tidak jelas dan rumit menyebabkan beban dalam pemrosesan informasi sehingga stimulus sulit diprediksi, sedangkan pola-pola yang sangat jelas menyebabkan stimulus mudah diprediksi


4.      Teori Stres Lingkungan (Environment Stress Theory)
Teori ini pada dasarnya merupakan aplikasi teori stres dalam lingkungan. Berdasarkan model input-process-output, maka ada 3 pendekatan dalam stress yaitu:
a.       Stres sebagai stressor
b.      Stres sebagai respon/rekasi
c.       Stres sebagai proses

5.      Beberapa ekologi (Ecological Theory)
Perilaku manusia merupakan bagian dari kompleksitas ekosistem (Hawley dalam Himmam  Faturochman, 1995), yang mempunyai beberapa asumsi dasar:
a.       Perilaku manusia terkait dengan konteks lingkungan.
b.      Interaksi timbale balik yang menguntungkan atntara manusia-lingkungan.
c.       Interaksi manusia-lingkungan bersifat dinamis.
d.      Interaksi manusia-lingkungan terjadi dalam berbagai level dan tergantung pada fungsi

Daftar Pustaka
avin.staff.ugm.ac.id/data/jurnal/psikologilingkungan_avin.pdf
Pengantar Psikologi Lingkungan,Hendro Prabowo Universitas Gunadarma


© Mon Journal! · Designed by Sahabat Hosting