Teori Eksperimen Laboratorium

by Vivi Adrianty Lestari, October 10, 2010
Teori Eksperimen Laboratorium

 Festinger, Schachter & Black (1952), keterpaduan kelompok (group cohesiveness) diawali oleh adanya ketertarikan antar anggota kelompok dan dilanjutkan dengan interaksi sosial dan tujuan-tujuan pribadi yang menutut saling ketergantungan. Mereka meneliti penghuni komplek perumahan Wetsgate dan Wetsgate-west yang diperuntukkan bagi kaum Veteran yang sudah menikah, yang mendaftar ke Massacussets Institute of Technology, pada awalnya orang-orang tidak saling mengenal, tapi lama-kelamaan mereka membentuk kelompok berdsarka faktor kedekatan (proximity).

Lott & Lott (1965), keterpaduan kelompok dipengaruhi oleh hubungan yang bersifat sukarela antar anggota, hubungan kerja sama atau kompetisi yang masih berada dalam batas norma, saling menerima, menghadapi masalah bersama-sama, sehingga tidak befikir untuk menyelamatkan diri masing-masing, status yang homogeny, berguna bagi kelompok, mempunyai kepribadian yang saling mengisi dan relevan dengan tujuan kelompok dan adanya ritual.
Wilhelm.M.Wundt, berasal dari ilmu alam dan cabang ilmu yang pertama memakai metode ini adalah Psikologi.
Dalam eksperimen laboratorium terdiri dari dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen (kelompok yang diberi stimulus) dan kelompok kontrol (yang tidak diberi stimulus)
Eksperimen laboratorium adalah penelitian laboratorium di ruangan tertutup, dimana kelompok eksperimen dihindari dari gangguan-gangguan yang mungkin terjadi sehingga subjek bisa fokus.
Kelebihan eksperimen laboratorium adalah fokusnya hubungan sebab akibat sehingga lebih sah dan hasilnya dapat dipertanggung jawabkan. Sedangkan kelemahannya, penelitian ini dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari karena dilakukan di laboratorium (bukan pada kondisi sebenarnya)

Sumber : Sarwono, Sarlito Wirawan. 1999. Psikologi Kelompok dan Psikologi Terapan. Jakarta: Balai Pustaka

SHARE 0 comments

Add your comment

© Mon Journal! · Designed by Sahabat Hosting